Rabu, 23 Desember 2009

Echa dan widha memang bersahabat walaupun rumah mereka berjauhan tapi hal itu tak menghalangi mereka untuk saling berkunjung, sehingga orang tua widha juga menganggap echa sebagai bagian dari keluarga begitupun echa dan keluarganya.
"Nanti sore mamah akan kerumahmu" kata widha
"Oya ??? ''
"Biasa mau pesen kue" kata widha
"Ke kantin yuk??? kata widha
"Tapi uangku gk cukup wid'' kata echa jujur
"Ku traktir deh"
"Iya cha'' dea menyerobot "jangan kawatir, kan ada bos kita nih sekalian bayarin minuman aku ya wid widha baik deh!!! "
"Gk pake merayu juga boleh lah kau ambil, tapi bayar sendiri" widha tertawa
"Huh! Heran kalau sama aku kamu pelit! "
"Anak orang kaya sepertimu gk perlu dikasihani, jelas banget uang jajan kamu lebih besar dari aku iya kan??? " kata widha
"Ukh sebel''
"fantanya satu Bu Ujang" widha meminta "mau cha??? "
''Hmm sedikit saja lah"
Widha menyodorkan fanta yg sudah dibuka pada sahabatnya, ia sendiri masih asik mencicipi kentang gorengnya, ehca menyedot minumannya perlahan-lahan kemudian mengembalikannya kepada widha.
''Wah terimakasih banyak wid, kamu sudah banyak mentraktirku" katanya
Widha hanya tersenyum manis.
"Nanti sore kamu akan ikut kerumahku?? " tanya echa
''Tentu, nanti kubawakan novel baru untukmu" janji widha
Anak-anak berserobotan meninggalkan kantin echa masih menunggu sahabatnya, menghabiskan kentang gorengnya.
Tiba-tiba echa bersendawa agak keras ia merasakan sesuatu dadanya terasa pengap dan dikerongkongannya panas rasa panas itu menjalar ke leher lalu hidungnya semakin panas, echa batuk-batuk kecil ada sesuatu yg keluar dari hidungnya ia merunduk,Tess. .tess. .warna merah menetesi baju seragamnya,Darah?!
"cha kamu kenapa?'' widha menatapnya heran.
"Entahlah,mimisan barangkali...."
"mimisan ya! kamu mimisan! " widha tersentak kaget.
Echa reflek menutup lubang hidung nya, ia bernafas melalui mulutnya ia mengap-mengap widha memperhatikannya dengan cemas ,wajah echa sudah pucat pasi darah merembaes melalui jari-jarinya.
"Bu Ujang! Bu ujang! " widha berteriak.
"Tolong dulu nih! "
Bu Ujang ygsedang menyiapkan pesanan baso tersentak, ia tergopoh-goponh menghampiri kedua anak itu dilihatnya wajah echa pucat seputih kapas.
"Beritahu guru neng widha! "
Widha berlari ke kantor guru sementara Bu Ujang memberi pertolongan kepada echa, ia teringat orang tuanya dulu memberinya daun sirih untuk menutup lubang hidungnya kalau mimisan.
"Petiklah beberapa lembar daun sirih, dea! "
Pak budi dan bu ana yg telah diberitahu widha, tergopoh-gopoh menuju kantin.
"Oh jangan ditutupi pakai daun sirih itu! "
Cegah pa budi ketika dilihatnya bu ujang akan menutup lubang hidungnya dengan daun sirih.
"kenapa?? inikan obat mimisan juga?!" kata bu ujang
Pa budi menggeleng "Tidak, itu pendapat kuno malah dapat membahayakan poro-pori hidungnya minta es batu saja bu, tolong cepat"
Echa mulai merasa tak tahan kepalanya sakit sekali, matanya berkunang-kunang bu ana menopang tubuhnya memeluk erat-erat.
"Mari echa di kompres dulu yah lehernya"
lalu echa dibawa kekantor,tetapi sesaat di kantor echa tak sadarkan diri
wah bagaimana ini pak??? widha mulai menangis ia tak mau jauh-jauh dari echa
''Tenang widha" bujuk bu ana memaklumi perasaannya
"kita bawa ke rumah sakit saja bu???" usul widha
Kepala sekolah muncul di kantor guru tampak echa terbaring tak berdaya di sofa ruang guru, pak budi dan bu ana berusaha menyadarkannya, setelah echa sadar kemudian widha dan kepala sekolah mengantarkan echa pulang
"nanti jangan lapor sama ibu ya wid???" pinta echa
Sesaat mobil melaju meninggalkan halaman sekolah.
"aku akan mengatakan hal yang sebenarnya saja"
"Jangan!!!!" sergah echa melotot
"Loh?? Apa kamu menyuruh aku berbohong???"
Echa terdiam membisu
ibu echa sedang sicuk membuat kue belakangan ini ia memang kebanjiran pelanggan
"Apa yang sedang terjadi???
Mamah echa menyambut kedatangan mereka, dengan kaget melihat wajah echa yang sangat pucat
"Echa, kenapa kamu?"
"Biar echa istirahat dulu" kata kepala sekolah
"Widha kau ajak echa masuk ke kamar yah"
"Baiklah!"
"Tapi cha kamu tak boleh bandel ya, harus istirahat, kalau keadaanmu tidak membaik kita kedokter nanti sore.
Ketika sorenya widha dan ibunya datang berkunjung, tapi rumah itu sepi
"Kita tanyakan saja kepada rumah yg disebelahnya namanya bu ai"
"Oh neng echa,kasihan sekali anak itu tadi,setelah pulang sekolah eekh..neng widha dan pa agus kan yang mengantarkannya,ya?''
"lantas, bagaimana dengan echa????" widha semakin tak sabar.
"ya itu,dia mimisan banyak sekali wiihhh darahnya banyaaaaaaaakk!''
"Lantas??" widha semakin tak sabar.
"di bawa ke rumah sakit"
"ke rumah sakit mana,bu??"
"Rumah sakit Al-ikhsan di bale.endah"
Saat di rumah sakit dokter memutuskan bahwa echa harus di rawat sekarang juga.
"itu jarumnya suster??" echa kaget melihat jarum di tangan suster ayu sampe sebesar telunjuk orang dewasa!
"ini jarum khusus tranfusi"
"apa engga pake jarum yang lebih kecil saja, sus??"
"Tidak ada lagi selain jarum macam ini,gunanya supaya tidak mudah lepas,kalau pake jarum yang kecil cepat lepas nanti mesti di tusuk lagi,mau??"
"woow! tidak, tidak, sekali saja dok"
echa menangis, sesungguhynya ia sangat ketakutan, namun rasa iba dan sayangnya terhadap ibunya mengalahkan galau perasaannya sendiri ia tak mau melihat ibu kawatir akan dirinya.
suster lis datang membawa tiang inpus, labu-labu darah itu di keluarkan kemudian di gantungkan, Dokter uning mengambil sebuah botol inpus menggantungkannya di antara labu darah, spuit inpus di buka ujung yang satu di tusukkan ke botol inpus, ujung lainnya di tusukkan ke urat nadi pasien.
"ehmm..!" akhirnya memang tak bisa mengelak lagi, keluh echa dalam hati.
baik lakh demi kesembuhan!
"sebelah kiri saja, suster"katanya mantap.
"biar masih bisa menulis-nulis nanti"
dadanya bergemuruh ketika dokter uning menusukan jarum ke urat nadinya, akh tidak begitu sakit qo ketakutan itu tak seberapa takut bila sudah di jalani.
"nah langsung masuk"kata dokter uning lega.
"mengapa tidak langsung darah, dokter?" tannya echa.
"cairan inpus dulu beberapa menit, agar tidak kaget lakh"
"kira-kira berapa labu darah?"
"Ya sekitar 5 labu darah ini, kalau lancar YA....
"sekitar 4 atau 5 jam lakh"
"memangnya ada yang g lancar?"
"ya, kadang-kadang reaksi orangkan berbeda beda ada yang menggigil, demam atau gatal-gatal, namun banyak juga yang tidak apa-apa.
ketika wida dan ibunya jenguk, echa mulai merasakan penggaruh transpusi darah tubuhnya menggigil mula-mula tidak begitu menyiksa,echa pikir ah menggigil begini kan sudah biasa namun lama kelamaan tubuhnya bergetar hebat giginya sampe gemeletuk echa tak arung merasa tersiksa .
"di . .di. . ngin bu. ."desisnya
menggeragap "to . .to . .long. .seli. .mut. ."
karena kelihatannya keadaan echa tidak membaik,meskipun sudah di selimuti rangkap bel pun di pijit,dokter uning pun datang dan memeriksa echa ia memanggil rekannya agar menghubungi rekan juga
sementara itu ia memeriksa tensi dan suhu echa .
"sembilan puluh,dok" lapornya
kemudian kepada dokter yoga "tetapi suhunya ko tiga puluh delapan ?? ya menggigilnya itu karna panas"kata dokter yoga .
"stop dulu darahnya,ganti dengan infus"
Dokter yoga memberi resepnya kepada ibu echa dan ibu widha segera menawarkan jasanya
"ibu disini saja temani echa,byar saya yang menebus resepnya" katanya
widha memeluk sahabatnya erat-erat "kuatkan hatimu ya cha" bujuknya
dan hari pun sudah larut malam widha tak mau jauh-jauh dari sahabatnya,lalu ibunya widha mengajaknya untuk pulang tapi widha sama sekali tak mau pulang dan ibinya echa membujuk widha agar segera pulang .
"pulang sajalah wid,lagi pula sekarang keadaan echa kan sudah membaik"kata ibu echa
"iya lagi pula anak kecil kan di larang menunggu pasien,baca tuh peraturannya"
dan terpaksa widha menurut ia meletakan buku-buku yang pernah di janjikannya kepada sahabatnya itu
di bawah bantal,"besok widha kesini lagi ya cha"kata widha
Menjelang dini hari echa sudah di bolehkan pulang namun ia harus berobat jalan secara rutin,mula-mula 1 minggu sekali,kemudian 2 minggu sekali,setelah itu untuk beberapa waktu lamanya 1 bulan sekali dan echa pun sudah di bolehkan masuk sekolah,dia mulai banyak cerita kepada temen-temannya tentang pengalamannya di rumah sakit.
dia sangat senang sekali,di saat kbm berlangsung tiba-tiba ada yang mengetuk pintu
"Permisi,maaf bu saya mau menjemput echa hari ini kan dia harus cuci darah,mohon ijin ya bu"kata ibu echa kepada bu enung guru ipa
"oya silahkan bu,tadi echa tidak mengatakan apa-apa pada saya,lain kali cha boleh minta ijin dulu dari hari sebelumnya supaya tidak mendadak"kata bu enung
"selamat jalan ya cha"kata widha
"nanti bagi-bagi darahnya ya cha" goda dhea
"mau jadi drakula kamu" goda yang lain
"anak-anak tenang,ayo belajar kembali...!"
Adakalanya echa bersangut-sangut sepanjang jalan "tadi itu ada pelajaran baru bu,echa belum benar-benar mengerti...!!!"
"nanti minta ajarin aja sama widha"saran ibunya
"uuuukhh widha lagi widha lagi,dia kan saingan utama echa bu"
"ya,ga papa widha kan sahabatmu"
Mendengar nada lembutnya hati echa luluh ia menatap wajah ibunya dengan rasa menyesal, ibu selalu baik, selalu sabarmenghadapinr kerewelanku, ibu sudah mengorbankan waktunya demi echa, mengapa echa harus marah - marah begini, pikirnya !
"maafkan echa ya bu" kata echa
sambil menggenggam tangan ibunya" kadang - kadang echa kesal dan marah pada kelemahan echa "
ibu mengusap kepalanya" ibu mengerti perasaan mu, tapi ibu percaya echa pasti bisa mengatasinya berjiwa besarlah sayang"
"bagaimana caranya bu ?"
"menerima kenyataan penyakitmu ini dengan tabah kerdamai dengan keadaanmu ya"
"baiklah" sambil tersenyum manis kepada ibunya
"nah gitu donk, ini baru anak ibu yang paling manis" sambil memuji dan menyemangati
Untuk caturwulan kedua ini echa harus mengakui kepintaran wida, wida berhasil merebut kedudukannya sebagi juara kelas
echa menangis sepanjang jalan menuju rumah, tegur sapa kawan - kawan sama sekali tak digubrisnya, ia merasa amat menyesali kebodohannya, menyesali keadaan dirinya
ohh seandainya tempo hari aku tidak sakit, keluhnya
bagi echa inilah kekalahn yang pertama, sejak kelas satu ia selalu peringkat pertama sehingga hal ini sudah merupakan kebiasaan rutin dikelasnya
"peringkat kedua pun bagus cha,aku saja yang peringkat sepuluh sudah cukup senang" hibur dea
echa menganggap perkataan dea sebagai ejekan, ia merasa tertekan berlari meninggalkan teman - temannya terutama wida
Setelah sesampainya dirumah echa bercerita kepad ibunya tentang semua yang terjadi, dia memaksa ibunya supaya melanjutkan sekolah didesa saja bersama sepupunya
, akhirnya pun ibunya mengijinkan echa untuk melanjutkan sekolah disana, esok harinya dia berangkat bersama ayahnya tapi hatinya sangat tak bisa meninggalkan sahabatnya namun dia sudah memutuskan untuk sekolah disana karna echa ragu akhirnya echa pun pergi kerumah wida untuk berpamitan
"wid sini dech, sebelumnya maafkan semua kesalahna ku aku sudah banyak merepotkan mu" kata echa
"maksud kamu apa,aku tak mengerti ?"
"hari ini aku akan pergi kedesa dan mungkin takan kembali"
"echa jadi kamu tidak akan melanjutkan sekolah disini"
"iya wid maafkan aku"
"jadi kita taakan bisa bersama lagi,tak akan bisa berbagi canda tawa lagi, aku sangat sedih mendengarnya"
"jujur aku tak bisa jauh - jauh dengan mu, apa kita masih bisa bershat cha ?"
"tentu, aku pamit ya, semoga kamu mendapatkan teman yang lebih baik dari aku"
"cha, aku i9ngin mengantarkan mu ke bandara"
disaat perjalanan wida memberi sesuatu, dia memberikan sebuah kenang - kenangan supaya echa takan pernah lupa akan dirinya, wida memberi syal yang sangat echa idamkan dari dulu, setelah sampai dibandara echa dan wida berpelukan dan tak mau berpisah tapi bagaimanapun echa sudah memutuskan tuk tinggal di Medan
"maafkan aku wid"
wida menaggis merelakan kepergian sahabatnya, wida pulang daklam keadaan sedih, dia sampai tak mau makan ibunya merasa khawatir atas keadaan wida, ibunya berusaha menenangkan hati wida, setelah wida tenang dalam beberapa hari ia mencoba melupakan kesediha itu
Hari ini adalah hari pertama wida masuk kesekolah baru, dia berhasil lulus ke SMP yang di idamkan, setrelah itu dia belum pernah mendapatkan dari echa sudah enam bulan ini echa tidak memberi kabar dia berpikir mugkin echa sudah lupa padanya padahal echa pun sama apa yang wida rasakan pasti dirasakan oleh echa, di sekolah ercha selalu menyendiri sejak ia tak bersama lagi dengan wida tapi beberapa hari kemudian echa mendapatkan tiga teman baru, mereka adalah Lulu, Wanulfa dan Wiwit mereka selau menghiburecha dikala echa sedang sedih ereka selalu ada disaat echa sedang membutuhkan teman seakan - akan kesedihan echa hilang lagian mereka semua tak beda jauh dengan wida ternyata roda memang berputar sudah tiga tahu ini echa pun merasa kangen sekali dengan sahabatnya, dia ingin bertemu dengan wida, saat ia sedang merenung tiba - tiba ibunya masuk ke kamar echa, ibunya memberikan undangan reuni dari SD nya di Bandung, beberapa hari kemudian echa memutuskan untuk pulang ke Bandung dan menghadiri acara tersebut, setelah sampai di Bandung ia sangat tak sabar ingin bertemu wida tapi setelah di tempat tujuan dia sama sekali tidak bertemu dengan wida echa pun trus mencari wida tapi hasinya nihil dia kebingungan dan dia bertanya kepada teman - temanya
"apakah kalian melihat wida ?" tanya echa
" apa kamu gak tau cha wida sedang sakit parah dia koma selama beberapa bulan yang lalu" jawab teman lainnya
"apah !!! wida sakit" dfengan merasa kaget dan lari keluar echa pun mendatangi rumah wida yang dulu tetapi kata tetangganya wida sudah pindah satu tahun yang lalu, echa pun kebingungan dan langsung meminta alam rumahnya yang baru, echa pun bergegas kerumah wida yang baru tapi sesampainya disana terlihat banyak orang yang mendatangi rumah wida dengan menggunakan baju hitam dan disana ada bendera kunng
"echa" seru ibu wida
"kuatkan hatimu ya cha" ibu wida menanggis
"maksud ibi apa ?"kata echa
"tadi pagi wida telah dipanggil oleh sang kholik" echa pun terjatuh pingsan karna kaget atas apa yang telah terjadi dan ibunya wida berusaha menyadarkan echa, setelah echa sadar echa pun menanh\gis dengan rsa tak percaya bahwa sahabatnya sudah meninggalkannya untuyk selama - lamanya





SAHABAT adalah seseorang yang bisa menerima kita apa adanya dan tetahuilah tak ada kata mantan untuk seorang sahabat